Produk
PT Borneo Alumina Indonesia
Alumina untuk Ketahanan dan Kemandirian Bangsa

Alumina atau aluminium oksida adalah senyawa kimia berbentuk serbuk putih dengan rumus Al₂O₃. Senyawa ini dihasilkan dari bijih bauksit melalui proses pemurnian, dan menjadi bahan baku utama dalam produksi logam aluminium. Alumina memiliki titik leleh tinggi, tahan panas dan korosi, tingkat kemurnian tinggi, serta stabil secara kimia.
PT Borneo Alumina Indonesia menggunakan Proses Bayer sebagai teknologi utama untuk menghasilkan alumina berkualitas tinggi. Proses ini telah terbukti efisien, diakui secara global, dan berwawasan lingkungan.

Bagaimana Kami Memurnikan Bauksit Menjadi Alumina
Proses Bayer merupakan teknologi utama dan paling banyak digunakan di dunia dalam mengubah bijih bauksit menjadi alumina (Al₂O₃), bahan baku penting dalam produksi logam aluminium murni. Ditemukan pada tahun 1888 oleh ahli kimia Austria, Karl Bayer, proses ini menjadi terobosan besar dalam industri metalurgi dan tetap relevan hingga kini karena efisiensinya, skalabilitas industri, serta kemampuannya menghasilkan alumina berkualitas tinggi (>98%).
Melalui rangkaian reaksi kimia yang dirancang secara cermat, Proses Bayer mengekstraksi aluminium dari bijih bauksit secara ekonomis dan ramah lingkungan. Produk akhirnya berupa alumina murni yang kemudian diproses lebih lanjut melalui proses Hall-Héroult, yaitu metode elektrolisis modern untuk menghasilkan logam aluminium yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari pesawat terbang hingga perangkat elektronik.

Tahapan Proses Bayer
Digestion: | Bijih bauksit yang telah dihancurkan/dihaluskan direaksikan dengan larutan natrium hidroksida (NaOH) panas di bawah tekanan dengan menggunakan digester. Reaksi ini melarutkan senyawa aluminium membentuk natrium aluminat, sementara pengotor seperti besi dan silika tetap dalam bentuk padat. |
Clarification (Pemurnian Larutan): | Campuran hasil digestion melalui proses filtration untuk memisahkan larutan natrium aluminat dari residu padat yang dikenal sebagai lumpur merah (red mud). Langkah ini memastikan bahwa hanya aluminium dalam bentuk larutan yang dilanjutkan ke tahap berikutnya. |
Precipitation (Pengendapan Aluminium Hidroksida): | Larutan jenuh natrium aluminat didinginkan dan diinokulasi dengan kristal benih Al(OH)₃ untuk memicu pengendapan. Aluminium hidroksida kemudian mengendap sebagai padatan. |
Calcination: | Endapan Al(OH)₃ dikeringkan dan dipanaskan (dikalsinasi) pada suhu sekitar 1000–1100°C dalam calciner, menghilangkan air kristal dan menghasilkan alumina murni (Al₂O₃) dalam bentuk akhir. |
Hingga saat ini, Proses Bayer nyaris tidak mengalami perubahan dan tetap digunakan untuk memproduksi hampir seluruh kebutuhan alumina dunia sebagai tahapan antara dalam produksi aluminium. Melalui penerapan Proses Bayer, PT Borneo Alumina Indonesia berkomitmen menghasilkan alumina berkualitas tinggi secara berkelanjutan dan efisien. Kami meyakini bahwa dengan teknologi yang tepat dan praktik operasional yang bertanggung jawab, industri alumina Indonesia mampu bersaing di pasar global sekaligus memberikan kontribusi positif bagi pembangunan nasional